Selamat datang di amalimuadz.blogspot.com                                                                                                                          Mari saling berbagi Informasi                                                                                                                          Jika kalian masih berbaring bermalas-malasan, maka duduklah untuk berfikir sejenak, merencanakan tujuan hidup yang lebih baik.                                                                                                                           Jika engkau telah duduk, maka bangkitlah berdiri untuk mempersiapkan meraih apa yang telah engkau rencanakan.                                                                                                                           Jika engkau telah berdiri maka berlarilah, gapailah cita-cita atau tujuan yang telah engkau impikan.                                                                                                                           Tidak ada kata terlambat untuk memulai hal yang lebih baik.

Selasa, 12 April 2011

Guru H. Saman Muhyi

Tuan Guru Madrasah Nurul Iman Jambi
Dari kiri ke kanan: Syekh Saman Muhyi, Syekh Abdul Majid (Jambi) Abdul Gaffar
dan Syekh Ahmad Ghazali


Guru H. Muhammad Saman bin H. Abdul Muhyi yang sering dipanggil dengan nama Guru Saman Mudir lahir di Kampung Ulu Gedong, tanggal 10 November 1911. Ayahnya seorang ulama tetapi bukan guru, bekerja sebagai pedagang. 

Guru H. Muhammad  Saman bin H. Abdul Muhyi memperoleh pendidikan di Sekolah Rakyat selama 2 tahun. Sekolah Rakyat ini tidak diselesaikannya karena pada waktu berusia 9 tahun, dia diajak oleh abangnya H. Muhammad Yusuf, pergi dan bermukim di Mekkah selama 7 tahun.  Selama di Mekkah dia menuntut ilmu keislaman di madrasah Shaulatiah. Pada usia 15 tahun, dia telah menyelesaikan pelajaran Al-Qur'an dan menghafalnya. Pada tahun 1926 dia pulang ke Jambi dan melanjutkan pelajarannya di Pondok Pesantren Nurul Iman selama 5 tahun. Dalam masa menuntut ilmunya di Pondok Pesantren Nurul Iman, karena kemampuan akademis dan intelektualnya, maka pada usia 18 tahun (1929) ia diminta Mudir Nurul Iman saat itu untuk menjadi guru bantu di madrasah tersebut. Selama mengajar ini, ia tetap di Madrasah ini dan akhirnya pada tahun 1948 dipercayakan menjadi Mudir menggantikan Guru H. Abd. Qadir Ibrahim.

Guru H. Saman Mudir adalah seorang pendidik yang benar-benar menekuni dunia pendidikannya. Sedikitpun ia tidak mau terlibat dalam urusan politik. Konsentrasinya dalam dunia pendidikan dibuktikannya melalui maklumat yang dia buat pada saat menjadi Mudir. Pada waktu ia merasa khawatir terhadap santri-santri madrasah yang belajar tidak lagi penuh perhatian, maka ia mengubah sistem pengajaran yang sebelumnya berbentuk bandongan dan sorogan diganti dengan metode pengajaran tutorial yang sistematis dengan tujuan untuk mengembangkan insiatif  santri.  Pada  tahun 1953 ia mengusulkan dan memasukkan ilmu-ilmu umum seperti; ilmu hisab atau berhitung, ilmu hayat dan ilmu jiwa ke dalam kurikulum madrasah. Menurut Guru Saman, santri tidak hanya tahu ilmu-ilmu agama saja, tetapi ilmu-ilmu umum juga perlu mereka kuasai sebagai ilmu penunjang, sehingga nantinya tidak hanya menjadi ulama, tetapi juga menjadi intelektual yang  luas.

Selama dua dasawarsa kepemimpinannya, Nurul Iman mengalami kemajuan yang cukup berarti. Tercatat pada masa itu (Tahun 1957) ± 1.050 orang yang belajar di Pondok Pesantren Nurul Iman. Banyak lulusannya yang menjadi tokoh-tokoh penting di daerah Jambi maupun di luar Jambi, bahkan sampai ke negeri jiran Malaysia. Namun pada dekade tahun 1970-an, mulai tampak kemunduran di Pondok Pesantren Nurul Iman. Hal ini disebabkan berlakunya SKB 3 Menteri tahun 1976 yang mewajibkan memasukkan pelajaran umum secara seimbang di sekolah agama, sementra Pondok Pesantren belum dapat meninggalkan kurikukulum lama (Kurikulum pendidikan agama) yang telah diamanatkan oleh para pendirinya.
 
Pada tahun 1960, dia dipercaya menjadi staf pengajar Fakultas Syari'ah al-Hikmah, yang merupakan embrio lahirnya IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Pada tahun 1968 ia dipecayakan menjadi dosen tetap pada Fakultas Syari’ah IAIN  Sulthan Thaha Saifuddin Jambi di bawah pimpinan Guru HMO Bafadhal. Disamping itu juga ia pernah menjabat sebagai hakim (qadhi) pada Mahkamah Syari’ah Jambi hingga wafat tahun 1984. Meskipun aktifitas Guru H. Saman lebih banyak pada dunia pendidikan, perilaku hidupnya dalam keseharian amatlah bersahaja. Ia sama seperti penduduk kampung lainnya yang menggarap sawah.

Penggarapan sawah ini ia selesaikan dengan cepat karena sering dibantu oleh santri-santrinya yang dengan ikhlas membantu. Pernah suatu hari diwaktu ia menggarap sawahnya ia lupa bahwa ia akan mengajar di Madrasah sehingga santri-santrinya yang melihatnya tidak pernah lupa pada jadwal mengajar merasa heran. Setelah diselidiki ternyata guru Saman sedang menggarap sawah, santri-santri yang mengatahui hal tersebut segera beramai-ramai pergi ke sawah tersebut dan membantu pekerjaan guru Saman Mudir tersebut sampai selesai seluruhnya pada hari itu juga. 



Lihat Daftar Isi Lengkap disini

0 komentar: