Selamat datang di amalimuadz.blogspot.com                                                                                                                          Mari saling berbagi Informasi                                                                                                                          Jika kalian masih berbaring bermalas-malasan, maka duduklah untuk berfikir sejenak, merencanakan tujuan hidup yang lebih baik.                                                                                                                           Jika engkau telah duduk, maka bangkitlah berdiri untuk mempersiapkan meraih apa yang telah engkau rencanakan.                                                                                                                           Jika engkau telah berdiri maka berlarilah, gapailah cita-cita atau tujuan yang telah engkau impikan.                                                                                                                           Tidak ada kata terlambat untuk memulai hal yang lebih baik.

Selasa, 03 Juli 2012

Kata "Aku" dan "Kami" dalam Al Quran


Seringkali dalam perdebatan muncul syubhat tentang Al Quran, kenapa kadang kadang memakai kata Aku (tunggal) dan kadang kadang memakai kata Kami (jamak), hal ini selalu digunakan oleh kaum nashrani dan kaum kufar lainnya untuk menyerang dan menyebarkan syubhat (kerancuan), serta keraguan atas kebenaran Kitabullah pada kaum muslimin, lalu….sebenarnya bagaimanak...ah jawaban atas syubhat tersebut ?? berikut adalah jawaban dari Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah -rahimahullahu ta’ala- :


……………….. salah satu sebab turunnya ayat tersebut adalah perdebatan orang-orang nashrani mengenai yang kabur bagi mereka. Seperti FirmanNya أنا (Ana = Aku) dan نحن (Nahnu = Kami).

ALLAH mengistilahkan diri-Nya kadang sebagai AKU dan kadang sebagai KAMI. AKU adalah eksistensiNYA sendirian dan KAMI adalah eksistensi-NYA yang meliputi segalanya. Dalam Al-Quran dikatakan "Sesungguhnya AKU adalah ALLAH", dan tidak dikatakan "Sesungguhnya KAMI adalah ALLAH."

Tapi dalam ayat lain dikatakan "Sesungguhnya KAMI yang menurunkan Al-Quran dan menjaganya", dan tidak dikatakan "Sesungguhnya AKU yang menurunkan Al-Quran dan menjaganya". Artinya, dengan menggunakan kata KAMI berarti ALLAH tengah menunjukkan keluasan kekuasaanNya dengan menyuruh para malaikat dan manusia untuk menjaga Al-Quran. Toh, karena Al-Quran itu untuk manusia dan alam semesta.

Mengapa harus demikian? Sebab, Makhluk berbeda dengan Khalik, tapi Khalik meliputi Makhluk. Malaikat pun adalah Makhluk. Jadi ketika Malaikat sedang bekerja berarti Khalik sedang bekerja. Walaupun sebenarnya Khalik bisa bekerja tanpa Makhluk, tapi Makhluk butuh Kehadiran Makhluk lainnya agar informasi yang disampaikan oleh Khalik bisa diterima, sebab bahasanya satu getaran, bahasa sesama makhluk.

Memangnya apa yang terjadi Kalau Khalik langsung kasih wahyu ke Makhluk, langsung kasih Rejeki ke Makhluk, langsung berbicara dengan Makhluk?

Maka makhluk bisa hancur karena ketidaksiapannya, sebagaimana Musa 'alaihis salam yang pingsan dan gunung tursina yang berhamburan. Maka Makhluk harus "tahu diri" bahwa dimensinya masih ZAHIR dan belum sampai BATHIN. Sedangkan KHALIK itu MAHA ZAHIR sekaligus MAHA BATHIN. Artinya, sebetulnya KHALIK siap bermain di wilayah dimensi manapun, tapi kebanyakan makhluk tidak siap menerima kehadiran Khalik jika bermain di wilayah BATHIN, kecuali makhluk yang sudah siap ZAHIR dan BATINnya, sebagaimana Rosulullah shallaahu 'alaihi wasallam.

Nah, untuk wilayah ZAHIR maka Allah utus Malaikat dan Para Nabi-Nya, agar makhluk bisa menerima informasi tentang-NYA dengan lebih baik. Itu sebabnya di Al-Quran dikatakan bahwa Allah itu ZAHIR (TERLIHAT) sekaligus BATHIN (TERSEMBUNYI).

"Dialah Yang Awal dan Yang Akhir Yang Zhahir dan Yang Bathin, dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. Dialah yaang Awal dan Yang Akhir Yang Zahir dan Yang Bathin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu." (Q.S. 57:3)
Adapun berkenaan dengan satu-satunya illah/khalik yang berhak di ibadahi, maka berlaku bagi-Nya saja.

Karena itu Allahu ta’ala tidak pernah berfirman فإىّن فعبد ( faiyyana fa’budu = hanya kepada kami, maka beribadahlah).

Setiap kali memerintahkan ibadah, takwa, takut dan tawakal, Dia menyebut diri Nya sendiri dengan nama khususNya. Adapun bila menyebut perbuatan perbuatan yang dia mengutus para malaikat untuk melakukannya maka Dia berfirman :

إِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُبِينًا
Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata 
(Al Fath : 1)

dan…
فَإِذَا قَرَأْنَاهُ فَاتَّبِعْ قُرْآنَهُ
Apabila Kami telah selesai membacakannya, maka ikutilah bacaanya itu 
(Al Qiyamah : 18)

dan ayat ayat semisalnya

 
Ini, meskipun hakekat makna yang dikandungnya yaitu para malaikat, sifat-sifat mereka dan cara cara Rabb mengutus mereka tidak diketahui kecuali oleh Allah ta’ala sebagaimana telah dijelaskan ditempat lain………….

 
Wallahu ‘alam



 
Sumber:
  1. www.cahaya-semesta.com
  2. adiabdullah.wordpress.com


 
Lihat Daftar Isi Lengkap disini

1 komentar:

Amali Muadz mengatakan...

Terima Kasih atas komentar antum .....
================
Perlu digaris bawahi Al-Qura itu menggunakan bahasa arab

Bahasa arab bisa memiliki banyak makna. kandungan seni serta balaghah dan fashohahnya

Dalam tata bahasa Arab, ada kata ganti pertama singular (anâ), dan ada kata ganti pertama plural (nahnu). Sama dengan tata bahasa lainnya. Akan tetapi, dalam bahasa Arab, kata ganti pertama plural dapat, dan sering, difungsikan sebagai singular. Dalam gramer Arab (nahwu-sharaf), hal demikian ini disebut “al-Mutakallim al-Mu’adzdzim li Nafsih-i” , kata ganti pertama yang mengagungkan dirinya sendiri.
(Dhamir ‘NAHNU’ ialah dalam bentuk jamak yang berarti kita atau kami. Tapi dalam ilmu ‘NAHWU’, maknanya tak cuma kami, tapi aku, saya dan lainnya).

Dalam ilmu bahasa arab, penggunaan banyak istilah dan kata itu tidak selalu bermakna zahir dan apa adanya. Sedangkan Al-Quran adalah kitab yang penuh dengan muatan nilai sastra tingkat tinggi.
Selain kata ‘Nahnu”, ada juga kata ‘antum’ yang sering digunakan untuk menyapa lawan bicara meski hanya satu orang. Padahal makna `antum` adalah kalian (jamak).

Secara rasa bahasa, bila kita menyapa lawan bicara kita dengan panggilan ‘antum’, maka ada kesan sopan dan ramah serta penghormatan ketimbang menggunakan sapaan ‘anta’.

Kata ‘Nahnu` tidak selalu bermakna banyak, tetapi menunjukkan keagungan Allah SWT. Ini dipelajari dalam ilmu balaghah.

Contoh: Dalam bahasa kita ada juga penggunaan kata “Kami” tapi bermakna tunggal. Misalnya seorang Kepala Sekolah dalam pidato sambutan berkata,”Kami sebagai kepala sekolah berpesan . . . “.
Padahal Kepala Sekolah hanya dia sendiri dan tidak banyak, tapi dia bilang “Kami”. Lalu apakah kalimat itu bermakna bahwa Kepala Sekolah sebenarnya ada banyak, atau hanya satu ?

Kata “kami” dalam hal ini digunakan sebagai sebuah rasa bahasa dengan tujuan nilai kesopanan. Tapi rasa bahasa ini mungkin tidak bisa diserap oleh orang asing yang tidak mengerti rasa bahasa. Atau mungkin juga karena di barat tidak lazim digunakan kata-kata seperti itu.
====================
untuk lebih jelasnya antum perlu mempelajari
- Bahsa Arab
- Tafsir Alquran
- Nahwu Shorof
- Asbābun Nuzūl
- al-balaghah fashohah