Guru H. Abdus Somad bin H. Ibrahim (Hoofd Penghulu Jambi) ini dilahirkan di Kampung Tengah, mengenai tahun kelahirannya tidak diketahui secara pasti karena kurangnya data mengenai itu. Tetapi kemungkinan besar menjelang akhir abad XIX atau sekitar tahun 1870-an. Ayahnya bernama Haji lbrahim seorang saudagar di daerah Jambi.
Hoofd Penghulu merupakan jabatan yang diberikan oleh Penjajah Belanda dengan tugas mengepalai wali hakim di tiap-tiap marga dalam keresidenan Jambi, menyelesaikan berbagai sengketa perkawinan, menjadi wali hakim, termasuk menentukan rukyatul hilal (Qodi al-Qudot).
Beliau memiliki dua orang isteri, yang pertama bernama Hj. Siti Hajir dan yang kedua bernama Rukiah. Dari perkawinannya dengan Hj. Siti Hajir diperoleh tiga orang anak yaitu Hj. Rogayah, H. Ahmad dan H. Dahlan. Sedangkan dari perkawinannya dengan Rukiah, diperoleh lima orang yaitu: Abdullah, Abd. Majid, Hj. Halimah, Aminah dan Ibrahim Bujang. Beliau wafat pada tahun 1942 M di Jambi.
Menurut cerita yang berkembang di masyarakat, Guru Abdus Somad menghabiskan masa kecilnya di kampung kelahirannya dan belajar agama kepada ulama-ulama Jambi seperti Syekh Khotib Mas'ud dan Syekh Hasan Yamani. Pada masa remaja la berangkat ke Mekkah untuk menuntut Ilmu di Masjidil Haram dan tinggal di sana selama ± 8 tahun, dengan belajar antara lain pada Syekh Abdul Majid al-Jambi dan Syekh Ahmad Khatib Minangkabau.
Tahun 1912/1913 M Ia pulang ke Jambi bersama-sama dengan teman-temannya yang kemudian mendirikan sebuah organisasi Tsamaratul Insan. Dalam mendirikan organisasi ini la dibantu oleh seorang Sayyid dari Palembang bernama Sayyid Ali bin Abdurrahman al-Musawwa. Ia sering berkorespondensi dengan Sayyid Ali untuk mendirikan organisasi ini.
Pemikiran Guru H. Abdus Somad terlihat dalam usahanya mendirikan perukunan atau organisasi Tsamaratul Insan. la mengusahakan kesejahteraan masyarakat Jambi terutama daerah Pacinan. Guru H. Abdus Somad temasuk ulama. yang memiliki wawasan yang luas dengan ide-ide brillian. Hal ini tidak mengherankan kerena Ia sering membaca pemikiran-pemikiran dan pembaharuan di Mesir dengan berlangganan majalah al-Musawwara Mesir dan al-Hilal. Ide-ide dari Mesir ini tidak dikembangkan di masyarakat Jambi karena melihat kemampuan masyarakat yang belum siap menerima perubahan tersebut.
*) source
0 komentar:
Posting Komentar